Selasa, 07 Oktober 2014

Menjadi Hamba Pensyukur & Penyabar

buku 100 orang paling berpengaruh di dunia sejarah
Buku "100 Orang paling berpengaruh dalam sejarah" - Michael Hart

Michael Hart, menempatkan Nabi Muhammad SAW sebagai tokoh nomor satu dalam bukunya, “100 Tokoh Paling Berpengaruh di Dunia”. Padahal, sebagai non-Muslim, sebenarnya bisa saja Hart menempatkan tokoh agama lain untuk menduduki posisi itu. Namun, secara objektif, ia mengakui ada sesuatu yang mempesona dalam perjalanan hidup Nabi Muhammad sehingga beliau dianggap layak menjadi yang pertama. Terutama karena pengaruh ajarannya menyebar luas ke seluruh penjuru dunia dalam waktu yang singkat. Kenapa demikian? Nabi Muhammad bersabda :

 مَن يُرِيدِ اللهُ بِهِ خَيرًا يُفَقُّهُهُ فِي الدِّينِ, وَ إِنَّمَا العِلمُ بِالتَّعَلّمِ
“Siapa yang dikehendaki oleh Allah kebaikan baginya, maka ia akan dipahamkan dalam Ilmu Agama, dan sesungguhnya ilmu itu dengan Ta’allum (belajar)” 
H.R. Bukhari


Hadits ini menjelaskan bahwa ilmu adalah sumber kebaikan. Dan ilmu itulah, peradaban Islam menjadi maju dan menjadi rahmat bagi seluruh alam. 

Itulah yang membedakan cara persebaran agama Muhammad dengan Raja Romawi yang kala itu banyak pengikut dan kuat pasukannya. Berbeda dengan Nabi Muhammad, beliau kaya akan ilmu yang diwariskan kepada umatnya sebagai penerus Risalah-Nya, sehingga ketika Nabi Muhammad telah wafat, syi’ar Islam tidak berhenti sampai sana. Bagaikan virus yang menular dengan cepat, Islam berkembang pesat mulai dari Jazirah Arab menyebar ke seluruh dunia dengan cepat. Hampir seluruh benua merasakan nikmatnya bernaung dalam agama Islam. 

Sedangkan Raja Romawi yang kala itu banyak pengikutnya dan daerah kekuasaan yang lebih luas, perlahan makin sedikit dan menyempit ke pusat Romawi. Kenapa bisa terjadi? Karena yang mereka wariskan hanyalah harta dan kekuasaan, tanpa ilmu yang bermanfaat.
buku 100 orang paling berpengaruh di dunia dan sejarah manusia
Nabi Muhammad sebagai orang No.1 dalam sejarah

Imam Syafi’i berkata :

مَن أَرَادَ الدُّنيَا فَعَلَيهِ بِالعِلمِ, وَ مَن أَرَادَ الأَخِرَةَ فَعَلَيهِ بِالعِلمِ 
“Barang siapa yang menginginkan dunia, maka (wajib) baginya (mendapatkannya) dengan ilmu, dan barang siapa yang menginginkan akhirat, maka (wajib) baginya (mendapatkannya) dengan ilmu” 

Imam Bukhari pun sepakat dengan Imam Syafi’i, bahkan ia membuat satu bab khusus dalam Kitab Shahih Bukhari dengan judul “Al-‘Ilmu Qabla Al-Qauli wa Al-‘Amal” (Ilmu sebelum berkata dan beramal), yang intinya bahwa ilmu itu asas dari segala sesuatu, baik yang sifatnya perkataan maupun perbuatan. Tanpa ilmu, segala sesuatu itu tiada membawa arti. 

قُل هَل يَسثَوِي الَّذِينَ يَعمَلُونَ وَ الَّذِينَ لَا يَعلَمُونَ
 “Katakanlah ‘Apakah sama orang-orang yang mengetahui (ilmu) dengan orang-orang yang tidak mengetahui (ilmu)?” 

Karena itulah, Allah SWT mengecam keras orang-orang yang tidak menggunakan potensinya untuk berpikir dan meraih ilmu. Pada hakikatnya, mencari ilmu itu tidak memperhatikan usia, muda maupun tua diwajibkan untuk mencari ilmu. 

Faktanya, manusia zaman sekarang sudah buta akan Agama, akan ilmu tentang Agama, sehingga mereka sangat jauh dari Allah, jauh dari nilai-nilai kebaikan, dekat dengan anarkisme, sekularisme dan perbuatan-perbuatan setan lainnya akibat ketidak tahuan akan ilmu Allah yang mengajarkan tentang keselamatan di Dunia dan Akhirat. 

Ancaman Allah SWT bagi mereka yang tidak berilmu

وَ لَقَد ذَرَأنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الجِنِّ وَ الإِنسَانِ 
“Dan sungguh Kami jadikan bagi (Neraka) Jahannam kebanyakan dari (golongan) Jin dan Manusia”

لَهُم قُلُوبٌ لَّا يَفقَهُونَ بِهَا 
“Mereka memiliki hati, namun tidak (untuk) memahami (ayat-ayat Allah) dengannya”

وَ لَهُم أَعيُنٌ لَّا يَبصَرُونَ بِهَا 
“Dan mereka memiliki mata, namun tidak (untuk) melihat (ayat-ayat Allah) dengannya”


وَ لَهُم أَذَانٌ لَّا يَسمَعُونَ بِهَا
 “Dan mereka memiliki telinga, namun tidak (untuk) mendengar (ayat-ayat Allah) dengannya”


أُلئِكَ كَالأَنعَامِ بَل هُم أَضَلُّ 
“Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat.” 
Al-A’raf : 179

Al-Qur’an dari awal diturunkan sampai sekarang tetap sama. Hadits-hadits Rasulullah telah banyak dibukukan. Tidak seperti dahulu, ketika ingin mengetahui satu hadits, Imam Bukhari harus berkeliling dunia untuk mencari kebenarah hadits itu. Al-Qur’an zaman dulu tersebar dalam lembaran mushaf, batu, daun dan kulit binatang. Berbeda dengan sekarang, Al-Qur’an sudah dibukukan dan dicetak jutaan eksemplar. Akan tetapi, kualitas ilmu orang-orangnya berbeda sekali. 

Ketika dulu, para sahabat harus Hijrah untuk bertemu langsung dengan Rasulullah dan belajar padanya. Sedangkan kita di zaman serba modern dengan fasilitas yang serba ada dan serba mudah, tidakkah kita sepeduli itu terhadap ilmu?

Semoga kita diluruskan hati kita serta diberikan kesadaran yang lebih atas Ilmu Agama Islam. Amiin.

Ar-rasikhuna Fil ‘Ilmi!

Oleh : Ra'abi Ghulamin Halim
Ketua PD Ikatan Pelajar Persis Tasikmalaya

0 komentar:

Posting Komentar

Mohon pos komentar dengan bahasa yang baik dan untuk tidak menyertakan Link apapun di box ini. Syukron