"Dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu yang diciptakan Allah, dan kemungkinan telah dekatnya kebinasaan mereka ? maka kepada berita manakah lagi mereka akan beriman sesudah Al-Qur'an itu ?" (Q.S Al-A'raf : 185)
Setiap bagian
di alam semesta ini menunjukkan adanya penciptaan yang luar biasa. Sebaliknya,
faham materialisme, yang berusaha menolak fakta sesungguhnya tidak lain
hanyalah faham palsu yang tidak ilmiah. Hampir semua penganut faham ini adalah
penganut darwinisme, yakni teori evolusi. Teori ini yang berpendirian bahwa
kehidupan berasal dari benda mati, yang terjadi secara kebetulan.
Menurut
teori evolusi, setiap spesies hidup muncul dari yang mendahuluinya. Suatu spesies
yang dahulu pernah ada secara lambat laun akan berkembang dan menghasilkan
spesies lainnya yang beraneka ragam. Asumsi Darwin menunjukkan bahwa spesies
tunggal ini tercipta dengan kebetulan. Darwin tidak mengakui bahwa
makhluk-makhluk yang ada tercipta dari Tuhan, menurut pengakuannya dalam
pembahasan bab yang panjang dari bukunya yang berjudul Origin of Species , yang
diterbitkan pada tahun 1856.
Lalu pertanyaan
mendasar muncul dari proses Evolusioner ini : Bagaimanakah asal mula terjadinya “sel pertama” tersebut ?
Karena teori
evolusi menolak penciptaan dan tidak menerima campur tangan supernatural dalam
bentuk apa pun, maka Darwin berpendirian bahwa “sel pertama” muncul secara
kebetulan berdasarkan hukum alam, tanpa ada rancangan atau perencanaan.
Menurut
teori ini, materi tak bernyawa menghasilkan sel bernyawa sebagai akibat dari
munculnya sel pertama secara kebetulan tersebut. Namun, pernyataan ini bahkan
tidak sesuai dengan hukum biologi yang paling tak terbantahkan. (Harun Yahya,
some secret of the Qur’an hal. 278)
Ahli
evolusi pertama abad 20 yakni Alexander Oparin, seorang ahli biologi Rusia
terkenal. Dia berusaha membuktikan bagaimana “sel pertama” / sel dari sebuah
makhluk hidup itu tercipta secara kebetulan dalam setiap tesis yang diajukannya
pada tahun 1930-an. Namun penelitian ini gagal dan Oparium menyatakan pengakuan
:
“sayang, asal usul sel tetap
menjadi tanda tanya, yang sesungguhnya menjadi titik paling gelap dari seluruh
teori evolusi.” (Alexander I. Oparin, Origin of life, (1936) New York,
Dover Publication, 1953 (cetak ulang) hlm. 196.”
Teori
Evolusi Darwin justru semakin merumitkan. Pertanyaan-pertanyaan tak terjawab
dengan pasti. Seperti, kemanakah fosil “spesies tunggal” itu berada, jika
memang ada ? kenapa kera menjadi nenek moyang manusia dengan alasan seleksi
alam namun kera masih tetap hidup tidak ikut berevolusi ? dan yang paling
penting, bagaimanakah “sel pertama” tercipta sebagai “penyusun dasar” dalam penciptaan
makhluk hidup ?
Catatan Kaki utama : Beberapa
Rahasia Dalam Al-Qur’an / Some Secrets of the Qur’an (2002) –Harun Yahya-
Agni Aulia H. PPI 7 Cempakawarna. (Koor. KomInfo IPPi)