Selasa, 23 Desember 2014

Ketika Cinta Hadir

Cinta adalah naluri. Sangat manusiawi jika manusia membutuhkan Cinta. Cinta bukanlah sangkar yang hanya cukup ruang untuk satu burung saja. Namun cinta adalah samudera luas yang siapa pun bisa mengarunginya. Ikan apapun bisa kau temui di dalamnya. Mencintai adalah hal mudah. Siapapun bisa kau cintai. Ibu, Ayah, saudara, teman, bahkan seseorang yang spesial. Namun kita seringkali terperangkap pada jebakan dunia yang dipenuhi kepalsuan ini. Kita seringkali lupa apa makna cinta yang sejujurnya.

menyikapi cinta
Mencintai Sahabat

Mencintai seseorang, yang bahkan kita pun heran kenapa bisa menyempatkan ruang hati ini padanya, yang bahkan tak kunjung membukanya. Cinta apakah ini? Kenapa bisa terjadi? Apa yang menyebabkan cinta ini bisa datang pada dua insan atau bahkan seorang saja? Apa yang menyebabkan pipi merona ini ikut dibanjiri hati yang menitiskan rasa sakitnya atas nama cinta? Bukankah Cinta itulah yang memberikan wanginya taman kehidupan? Lalu kenapa karenanya selalu saja ada hati yang tersakiti ? Apa yang menyakiti siapa? Atau siapa yang menyakiti siapa ?

Begitulah masa remaja saat ini. Cinta seolah santapan pagi, siang, sore dan malamnya. Bagaimana tidak? mereka yang setiap malam selalu eksis dengan melodramanya di balik layar-layar elektronik, menyuguhkan apa makna cinta yang sedang memanipulasi di kalangan pemuda pemudi labil era ini. Miris memang. Dengan pakaian mininya, dengan gaya bicaranya yang mengejek dan tidak sopan, dengan gerakan badannya yang seperti tarian jahiliyyah, dan dengan cara bergaulnya yang tidak etis dalam agama, mereka malah menjadi figur idola yang dikagumi dan dipuji-puji lalu diikuti. Lantas kemana kah perginya makna cinta yang sesungguhnya? Mengapa cinta saat ini seringkali disisipi dengan zat yang paling rentan jadi godaan syaitan? yaitu Cinta atas dasar Nafsu.

cara menyikapi cinta
Ketika Cinta Hadir

Ternyata makhluk yang bernama Cinta ini tidak hanya mampir pada jiwa-jiwa yang hampa akan keimanan. Tidak salah jika cinta bisa singgah di hati semua orang sekalipun. Karena pada dasarnya Cinta memang tidak bersalah. Namun, ada yang aku herankan pada remaja yang sedang ditimpa 'racun merah jambu' ini. Kalimat-kalimat “Aku mencintaimu karena Allah” tak selalu digunakan pada wadah yang tepat. Sering disalah artikan. “karena Allah” hanyalah sebuah alasan. Alasan yang bisa membungkus rapih benda yang sudah retak sekalipun.

Mudah memang jika kita mengucapkannya. Namun tahukah kita apa maksud dari kalimat itu? Apalagi membawa nama Sang Khaliq sebagai sebab dari perbuatan kita. Tidakkah itu sangat berat tanggung jawabnya? Jika saja kita mau berpikir sebelum mengucapkannya.

Belum usai dengan kalimat jebakan di atas, ada juga status yang sangat amat mengganggu mata dan telingaku. Aneh saja, memangnya ada “Pacaran Islami”? Lucu sekali saat mendengarnya. Mengapa ada saja orang yang terpikirkan untuk menggunakan kalimat konyol itu? 

Bagiku pribadi, memangnya ada pendekatan pada zina yang disisipi dengan kata Islami? Waduh, berat sekali maknanya. Apalagi dengan mempertanggungjawabkannya kelak kepada Sang Khaliq di Yaumul Akhir? Walau aku sendiri belum tahu pasti apa sebab seseorang menggunakan status itu. Sungguh, Allah Maha Mengetahui. Aku tidak bisa langsung men-judge buruk status tersebut. Hanya saja, tidakkah itu bisa menjadi fitnah dalam Islam? Seandainya kita mau berpikir sebelum menggunakan status itu.

Kita harus ingat, kita ini masih labil. Kita terperangkap pada sebuah jembatan penghubung dari 2 daratan yang terpisah oleh sebuah arus yang deras. Kita bukan lagi anak-anak, kita pun belum layak disebut dewasa. Inilah masa peralihan yang seringkali menghipnotis seseorang yang melintasinya. Bukan berarti kita akan berdiam terus dalam masa ini. banyak hal tak terduga di jembatan ini jika kita lupa apa yang menjadi kiblat kita untuk melangkah maju melintasinya. Karena ia labil, kapan pun arus sungai ini siap menerjang menghanyutkan kita bila mana terjatuh. Itulah dunia remaja. Jangan terhanyut pada tipuannya.

Kawan, bolehkah aku bertanya? Manakah yang lebih menyentuh hati nuranimu antara seseorang yang berkata "Aku mencintaimu karena Allah” atau “Aku rasa, Allah Mencintaimu”?

menyikapi cinta
Allah tak pernah Melupakan Hamba-Nya

Dicintai manusia itu sudah mainstream. Tapi jika mendapatkan Cinta yang Hakiki bukankah itu titik puncak cinta yang sejati? Lalu kenapa kita lupa bahwa Allah tak pernah lupa untuk Mencintai makhluk-Nya? Siapa yang menghidupkan kita? Siapa yang menciptakan Hati agar kita dapat merasakan manisnya Cinta? Dan siapa juga yang kelak akan mematikan kita dan menghidupkan kita kembali?

Kita terlalu bergelimang dalam kehidupan dunia yang semu ini. Kita telah dibodohi media-media yang tidak mendidik dan mengikis iman kita. Kita lupa Siapa sejatinya yang menganugerahkan rasa cinta itu sendiri? Dia-lah Sang Pemilik Hati ini. Bukan kekasih yang mempermainkan perasaan kita. Tapi Kekasih sejati yang memupuk taman bunga di hati kita menuju keabadian. Andai kita mau mengakuinya.

Jika Mencintai orang lain yang bahkan tidak mengenal kita sekalipun begitu mudah dilakukan, lalu apa yang membuat kita sulit untuk Mencintai Dzat yang tiada hentinya Mencintai kita?

Agni Aulia
PPI 07 Cempakawarna

0 komentar:

Posting Komentar

Mohon pos komentar dengan bahasa yang baik dan untuk tidak menyertakan Link apapun di box ini. Syukron